Perkembangan dan Pengaruh Hindu-Budha
di Indonesia
A. Perkembangan Agama Hindu, Budah di Indonesia
1. Pengaruh Hindu dan budha di Indonesia
Berdasarkan ditemukannya bukti tulisan yang berhuruf pallawa dan
Bahasa Sanseketa di kerajaan Kuta dan Tarumanegara menujukkan pengaruh Hindu
budha dan india yang sangat kuat dalam perkembangan sejarah inonesia. tulisan
tulisan tersebut mengubah bangsa indonesia memasuki babakan baru jaman sejarah,
terutama dengan ditemukannya prasasti tujuh yupa di kalimatan timur.
2. Masuknya Budaya Hindu Budha
Proses masuknya dan berkembangnya agama hindu dan budha ini
melalui jalur perdagangan India, cina, indonesia. pembawa agama agama Budha
melalui misi penyiaran yang disebut Dharma Dhuta. sedangkan pembawa agama Hindu
ke indonesia antara lain golongan ksatria, Brahmana, sudra dan waisya.
B.Kehidupan Sosial Politik Ekonomi dan Kebudayaan di Indonesia pada
Masa Kerajaan Hindu-Budah
1. Kerajaan Kutai
Kerjaan ini terletak di kalimatan timur dan tertua di indonesia.
peninggalan bersejarah yang di temukan adalah tujuh Buah Prasati yang di
pahatkan di atas tiang bantu disebut YUPA. Prasasti ini berhuruf pallawa dan
berangka tahun 400M. Raja yang pernah memerintah kerajaan kutai adalah
kudungga, Aswawarman, Mulawarman. dengan ditemukannya prasasti tersebut bangsa
indonesia memasuki babkan baru zaman sejarah.
2. Kerajaan Taruma Negara ( abad 5 M)
Kerajaan ini letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. prasasti
yang ditemukan semua berhuruf pallawa dan berbahasa Sanseketa yaitu:
- prasasti tugu
- prasasti lebak
- prasasti pasir awi
- prasasti jambu
- prasasti muara ciaruten
– prasasti kebon kopi
dari prasati di atas di katakan bhwa raja yang memerintah
kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman, seorang raja yang bijaksana dan
sangat memperhatikan kemakmuran rakyatnya. sumber bukti lainnya adalah kerajaan
ini adalah berita dari seorang pendeta budha dan cina yang bernama fa hien.
3. Kerajaan Melayu
Mengenai kerajaan ini diperkirakan sekitar daerah jambi seorang
raja yang sering disebut adalah adityawarman. sementaramenurut berita cina,
pendeta I-Tsing setelah belajar di Sriwijaya kemudian ia pergi ke Moloyu.
4. Kerjaan Sriwijaya (7 M)
kerajaan sriwijaya ini terletak di palembang, sumatra selatan.
bukti adanya kerajaan ini dengan ditemukannya prasasti-prasasti yang berhuruf
pallawa, yaitu : prasasti Talang Tuo, prasasti Kota Kapur, prasasti Karang
berahi, prasasti Kedukan Bukti dan prasasti Telaga Batu. dari prasasti proses
tersebut diketahui bahwa kerajaan sriwijaya beragam budha dan merupakan
kerajaan yang besar dan makmur dengan ouncak kejayaan pada masa raja
balaputradewa.
5. Kerajaan Majapahit
terletak di desa Tarik Mojokerto, Jawa Timur. Pendiri kerajaan
ini yaitu raden wijaya. pada masa pemerintahan tri buwana tungga dewi diangkat
seorang maha patih bernama Gajah Mada. penganti pemeritahani ini adalah raja
hayam wuruk yang dibantu oleh patih gajah mada dengan sumpah palapa dan
berhasil menyatukan nusantara di bawah kerajaan majapahit.
kerutuhan kerajaan majapahit anatara lain :
- adanya perkembangkan islam dari kerajaan demak
- banyak daerah kekuasaannya melepaskan diri
- lemahnya raja-raja pengganti hayam wuruk
- mundurnya perekonmian akibat perang saudara
- adanya perang paregreg / perang saudara
6. Kerjaan Bali
Dalam prasasti sanur yang berangka 914 M, diceritakan bahwa raja
yang memerintah merupakan raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang
Bubat antara majapahit dengan pajajaran.
7. kerajaan Kediri (abad 12 M)
Berdiri di daerah daha, kediri, jawa timur. raja yang terkenal
raja jayabaya. sedangkan menurut sumber dari cina bahwa kerajaan kediri
merupakan kerajaan yang aman, tentram dam makmur.
8. Kerajaan Medang (abad 10 M)
terletak di sekitar sungai Brantas dekat kota jombang, jawa
timur. kerajaan ini merupakan pindahan dari kerajaan matram kuno yang mengalami
kehancuran. pendiri kerajaan ini adalah mpu sindok yang menamakan dirinya
dinasti isyana.
9. Kerajaan Singosari (abad 13)
Muncul setelah adanya perang ganter 1222 M. dalam perang ini
akhirnya raja kertajaya yang otoriter dari kerajaan kediri kalah melawan para
brahmana yang dibantu oleh ken arok. kerajaan kediri kalah dan berdirilah
kerajaan singosari dengan raja ken arok adan bergelar kertarejasa.
10. Kerajaan Mataram Kuno/Hindu (abad 8 M)
letak kerajaan ini dekat magelang, jawa tengah. hal ini
dibuktikan dengan adanya prasasti canggal, yang menceritakan bahwa kerajaan ini
pernah di perintah oleh dinasti sanjaya dan dinasti syailendra.
11. Kerajaan Sunda
letak kerajaan di pakuan pajajaran kemudian pindah ke kawali.
pada masa pemerintahan raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang bubaat
antara majapahit dengan pajajaran.
C. Peningkatan Kebudayaan Terpenting
kebudayaan terpenting peninggalan Hindu-Budah meliputi :
1. Bangunan Candi
a. Jenis Candi di Indonesia, Yaitu Candi Hindu dan Budha
b. Fungsi Candi, yaitu dalam agama Hindu berfungsi sebagai
tempat pemakaman dan fungsi menurut agama Budha sebagai tempat upacara
keagamaan
c. Kelompok candi berdasarkan langgamnya, yaitu :
- Candi Jawa Tengah bagian utara
- Candi Jawa Tengah bagian selatan
- Candi Jawa Timur
perbedaan bangunan candi Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain
:
Candi jawa barat :
- Bangunan Candi terbuat dari batu bara
- Relief candi simbolis
- Atap candi seperti pohon cemara
- Arah candi menghadap ke barat
- Bentuk candi ramping dan tinggi
- Induk candi menjorok ke belakang
candi Jiwa Tengah :
- Bangunan candi terbuat dari batu andesit (batu kali)
- Relief candi realis
- Atap candi berundak-undak
- Arah candi menghadap ke timur
- Bentuk candi tambun
- Induk candi tepat di tengah
2. Patung Dewa
Dalam kebudayaan Hindu-Budha biasanya dewa diwujudkan dalam
bentuk patung
3. Sastra
Hasil peninggalan bidang sastra antara lain Ramayana,
Mahabarata, Barata Yuda dll.
4. Seni Ukir
Hasil pahatan dan ukiran nampak indah dan mengangumkan pada
relief-relief bangunan candi.
5. Barang-barang logam
Barang atau benda yang terbuat dari logam dan perunggu yang
indah di antaranya, arca, lampu gantung, genta, mangkok, jambangan dan tempat
dupa untuk upacara agama. dan masih banyak lagi peninggalan yang berupa seni
lainya.
D. Runtuhnya Kebudayaan Hinduh-Budah di Inonesia
Penyebab runtuhnya kerajaan yang bercorak Hindu-Budah antara
lain :
a. Adanya perang Paragrag di Majapahit
b. Banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri kerajaan
sriwijaya maupun Majapahit
c. Berkembangnya syiar agama Islam yang berhasil menarik simpati
masyarakat
d. Kerajaan Islam Demak berkembang pesat, sementara Sumatra juga
berkembang pesat kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Written By Hafizul Hamdi on 14 Juni 2013 | 22:15
Candi Prambanan
Salah satu Candi Bercorak Hindu |
Pengaruh
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia - Masuknya suatu kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu
masyarakat dapat menimbulkantiga kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan
berakulturasi, berjauhan, atau salah satu hancur. Akulturasi kebudayaan adalah
pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang melakukan kebudayaan baru. Dalam
perkembangan kehidupan masyarakat Nusantara ketika terjalin hubungan dagang
antara India, Cina, dan Indonesia, terjadilah akulturasi budaya.
Akulturasi
budaya Hindu-Buddha India dengan budaya asli Nusantara secara damai melahirkan
budaya baru yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara. Menghadapi proses
akulturasi tersebut, menurut para ahli, bangsa Indonesia bersikap pasif maupun
aktif. Pada awalnya bersikap pasif menerima ajaran-ajaran baru, di kemudian
hari aktif mencari ilmu hingga mengirim pelajarnya ke luar negeri dan
mengundang brahmana dari luar negeri untuk memberi pelajaran.
Proses
akulturasi selama berabad-abad menimbulkan sinkretisme antara kedua agama
tersebut dan unsur budaya asli hingga lahirlah agama baru yang dikenal sebagai
Syiwa Buddha. Sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang merupakan
perpaduan dari beberapa paham untuk mencari keserasian dan keseimbangan. Aliran
ini berkembang pesat pada abad ke-13 M. Penganutnya, antara lain, Raja
Kertanegara dan Adityawarman.
Akulturasi
budaya paling mudah kita lihat dalam bentuk kesenian, seperti seni rupa, seni
sastra, dan seni bangunan yang merupakan unsur kebudayaan material. Akulturasi
budaya ini juga dapat kita saksikan dalam upacara-upacara ritual. Pelaksanaan
proses akulturasi tersebut dilakukan oleh para cendekiawan,
agamawan, arsitek, sastrawan istana maupun rakyat, dan para seniman.
Pengaruh
kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita
lihat dengan jelas pada candi-candi.
Ada
perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha.
Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam Adapun dalam agama Buddha,
candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Candi Borobudur
Salah Satu Candi Bercorak Buddha |
Meski
difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah
dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah
macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat
jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya.
Pripih
ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan
patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya
adalah Syiwa atau lambang Syiwa,
yaitu lingga. Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudan
raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa. Bangunan
candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
a.
Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di tengah-tengah kaki candi
inilah ditanam pripih.
b.
Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar
sisi bilik diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan
berisi arca Guru, relung utara berisi arca Durga, dan relung belakang berisi
arca Ganesha. Relung-relung untuk candi yang besar biasanya diubah.
c.
Atap candi terdiri atas tiga tingkat. Bagian atasnya lebih kecil dan pada
puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada
sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat dengan gambar teratai
merah, melambangkan takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih
dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan. Hiduplah
arca itu menjadi perwujudan almarhum sebagai dewa.
Bangunan
candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain, candi Prambanan, candi
Sambisari, candi Ratu Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng, candi
Jago, candi Singasari, candi Kidal, candi Panataran, candi Surawana, dan gapura
Bajang Ratu. Bangunan candi yang bercorak Buddha, antara lain, candi Borobudur,
candi Mendut, candi Pawon, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi
Muara Takus.
Beberapa
peninggalan bangunan lain yang menyerupai candi sebagai berikut.
a.
Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan (lereng
Gunung Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah (Gianyar,
Bali).
b.
Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat ini terdapat sepuluh candi
yang dipahatkan seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
c.
Gapura yang berbentuk candi dan memiliki pintu keluar masuk.
Contoh
candi semacam ini adalah candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan candi Jedong.
d.
Jenis gapura lainnya yang berbentuk seperti candi yang dibelah dua untuk jalan
keluar masuk.
Contoh
candi semacam ini adalah candi Bentar dan candi Wringin Lawang.
Seni
rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India
adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya
berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat
kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah
kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi
di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang
menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola
hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar
menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal maupun
vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala),
merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak dibedakan
berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. Khususnya pada
dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam
beringin) yang diapit oleh dua ekor hewan atau sepasang kenari.
Beberapa
candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil
dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah
memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya
berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis
dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi. Pada masa
Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan
memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.
Relief-relief
yang penting sebagai berikut.
Relief candi Roro
Jongrang
Yang Mengisahkan Cerita Ramayana |
a.
Relief candi Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan perbuatan manusia
serta hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha (Sudhana mencari ilmu).
b.
Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan Kresnayana. Seni
patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca raja pada sebuah candi.
Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa.
Contoh
seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddha kini dapat kita saksikan di candi
Prambanan (patung Roro Jonggrang) dan di Museum Mojokerto (Jawa Timur). Salah
satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung Airlangga (perwujudan
Wisnu) dan patung Ken Dedes.
Wiracarita
atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi
kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan
Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap
jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) yang digubah
dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka. Sebagian besar isi
kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan
Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga
Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi,
para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal jika kitab itu merupakan
kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM sampai 400 M.
Kitab
Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan
digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan
Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik oleh
Rahwana. Dalam perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana (adiknya) itu
mendapat bantuan dari pasukan kera yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain itu, Rama
juga dibantu oleh Gunawan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh kakaknya
karena bermaksud membela kebenaran (Rama). Perjuangan tersebut menimbulkan
peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Di akhir cerita, Rahwana beserta
anak buahnya gugur dan Dewi Sinta kembali kepada Rama.
Akulturasi
di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita asli India
dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang seolah-olah
terjadi di Indonesia. Contohnya adalah penambahan tokoh punakawan (Semar,
Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata. Bahkan, dalam
literatur-literatur keagamaan Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan
cerita asli seperti yang ada di negeri asalnya. Pengaruh kebudayaan India yang
dipertahankan dalam kesusastraan adalah gagasan, konsep, dan
pandangan-pandangannya.
Salah
satu contoh nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah
perubahan sistem pemerintahan. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia,
struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan
pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares. Setelah pengaruh
Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan.
Kepemimpinan lalu diturunkan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya
kemudian membentuk kalangan yang disebut bangsawan.
Dalam
perkembangannya, ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya Hindu-Buddha.
Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara,
Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan
Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan
bercorak Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya,
dan Mataram Buddha. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di
Indonesia.
Pada
saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut
kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses
akulturasi, agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan
agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan
sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya
adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan
menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak
diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana
asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.
Kekayaan
bumi Nusantara telah dikenal luas sejak dahulu. Kemenyan, kayu cendana, dan
kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi bahan wangi-wangian
lainnya dari Asia Barat. Begitu pula berbagai jenis rempah-rempah, seperti lada
dan cengkeh, serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis binatang khas yang
unik. Awalnya, pedagang-pedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa
barang-barang tersebut ke Cina.
Seiring
dengan perkembangan perdagangan internasional, hubungan dagang antara Indonesia
–India – Cina pun berkembang . Wolters berpendapat bahwa perkembangan ini
akibat dari sikap terbuka dan bersahabat dengan orang asing serta penghargaan
terhadap barang dagangan yang dibawa orang asing. Sikap ini pula yang
memungkinkan agama Hindu-Buddha dapat berkembang di Indonesia.
Dalam
berbagai prasasti yang ditemukan, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi,
bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim
internasional Asia. Perkembangan ini dipicu pula oleh perkembangan teknologi
transportasi pelayaran. I-Tsing, musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang
mampir ke Indonesia pada abad ke-7 dalam perjalanannya ke India dengan
menumpang kapal milik Sriwijaya, mengatakan bahwa pada awalnya bangsa Indonesia
memang telah akrab dengan dunia pelayaran, meski baru terbatas pada pulau-pulau
yang berdekatan.
Alat
transportasi yang digunakan adalah kapal cadik berukuran kecil. Bersamaan
dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Singasari, dan
Majapahit, mulailah dikenal teknologi pembuatan kapal-kapal yang lebih besar
dan pelayaran yang dilakukan dapat menjangkau jarak yang lebih jauh. Bangsa
Indonesia jadi dapat berperan lebih aktif dalam perdagangan internasional
dengan berlayar sendiri ke negara-negara yang biasanya berdagang dengan
Indonesia. Hal ini tergambar dalam relief candi Borobudur. Tiga jenis kapal
yang digambarkan dalam relief tersebut adalah perahu lesung, kapal besar tidak
bercadik, dan kapal bercadik.
Tanah
dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik kerajaan. Namun,
pengolahan atau pemanfaatan diserahkan kepada rakyat yang hidup dalam lingkup
kerajaan tersebut. Hak pemanfaatan lahan ini disebut hak anggaduh, artinya
rakyat hanya dipinjami tanah oleh raja. Tanah garapan itu dapat
dipindahtangankan kepada rakyat lainnya dalam lingkup kerajaan yang sama dan
hak anggaduh tersebut dapat digunakan secara turun temurun. Akan tetapi, jika
sewaktu-waktu raja memintanya kembali, misalnya, untuk keperluan pendirian
candi atau bangunan milik kerajaan atau suatu kepentingan umum lainnya, rakyat
tidak dapat menolak.
8.
Sistem
pajak
Pengembangan
dan jaminan kelangsungan suatu kerajaan tentu memerlukan biaya. Biaya ini
diambil dari hasil perdagangan, pertanian, dan pungutan pajak kepada rakyat.
Pajak dipungut oleh pejabat di tingkat daerah dari desa-desa yang ada di
wilayahnya. Setiap habis panen, pajak tersebut wajib diserahkan pada kerajaan.
Di tingkat pusat, ada petugas khusus yang bertugas mencatat luas tanah di
wilayah kerajaan untuk dijadikan dasar perhitungan penetapan pajak yang wajib
dipungut. Rakyat diwajibkan untuk membayar pajak tepat waktu.
9.
Tenaga
kerja
Tenaga
kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat merupakan abdinya yang harus
menaati semua perintahnya. Hal ini dikarenakan pada masa itu, kekuasaan raja
merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak sebab raja dianggap sebagai penjelmaan
dewa di bumi dan memerintah atas nama dewa. Oleh karena itu, rakyat dituntut
untuk bersikap setia kepada raja.
Pada
masa berkembangnya agama Hindu-Buddha di Nusantara, tradisi Hindu-Buddha
mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Nusantara dalam berbagai
sektor sebagai berikut.
a. Sistem struktur sosial masyarakat
Masuk
dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia memengaruhi sektor kehidupan
masyarakat Indonesia, termasuk sistem dan struktur sosial masyarakatnya.
Pengaruhnya dapat dilihat melalui diterapkannya sistem pembagian kasta pada
masyarakat Indonesia. Sistem pembagian kasta di Indonesia tidak seperti yang
ada di India, akan tetapi merupakan sistem pengelompokan masyarakat melalui
tingkatan tingkatan kehidupan masyarakat dan berlaku turun temurun. Hal ini
untuk menunjukkan status sosial dalam masyarakat Indonesia. Sementara itu, di
India perbedaan sistem kasta sangat mendasar sebab untuk membedakan status
sosial antara golongan Arya dan Dravida.
Pada
masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Buddha muncul pembagian kelompok
masyarakat bhiksu dan bhiksuni, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal di
wihara-wihara dan hidup mementingkan rohani saja, tata kehidupan duniawi mulai
ditinggalkan. Kelompok masyarakat yang lain adalah kelompok masyarakat umum,
yakni kelompok masyarakat yang masih mementingkan hidup duniawi. Sistem dan
struktur masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha berkembang
pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim di mana kehidupan rakyatnya banyak bergantung pada kelautan.
Sriwijaya banyak menguasai jalur-jalur dan pusat perdagangan maka Sriwijaya
menjadi kerajaan yang besar dan penting, karenanya menjadi kerajaan nasional
yang pertama di Nusantara.
Kerajaan
Mataram Hindu terdiri atas daerah pusat yang dikenal dengan ibu kota kerajaan
(tempat tinggal raja, putra raja, kerabat dekat raja, serta pejabat tinggi
kerajaan) dan daerah watak, yaitu daerah yang dikuasai para rakai atau pamgat
yang berkedudukan sebagai pegawai tinggi kerajaan yang berkedudukan
turun-temurun.
b. Pemerintahan
Sebelum
pengaruh Hindu ke Nusantara, bangsa Indonesia sudah mengenal sistem
pemerintahan, yakni dari seorang kepala suku dikenal bentuk kesukuan, seorang
kepala suku menduduki jabatannya berdasarkan kemampuan yang dimiliki, maka ia
pemimpin yang dipilih oleh kelompok sukunya secara demokratis. Mereka memiliki
kelebihan dalam anggota kelompoknya.
Masuk
dan berkembangnya agama Hindu dan Buddha di Indonesia membawa pengaruh yakni
mulai lahirnya kerajaan. Kerajaan Hindu pertama di Indonesia adalah Kerajaan
Kutai dengan rajanya Mulawarman. Raja berkuasa secara turun temurun sehingga
keluarga raja memiliki kehormatan di tengah-tengah masyarakat negara. Raja
memiliki kekuasaan tunggal, tidak ada lembaga yang mampu menandingi kekuasaan
raja.
c. Kesenian
Perkembangan
bidang kesenian tampak sekali dalam seni bangunan, seni rupa, dan seni sastra.
1)
Seni bangunan yakni adanya bangunan candi Hindu dan candi Buddha yang banyak
ditemukan di Nusantara. Dasar pembangunan candi berasal dari zaman megalitikum
sehingga candi-candi yang ada di Nusantara memiliki bentuk bangunan yang megah
serta punden berundak seperti yang tampak pada candi Borobudur.
2)
Seni rupa, seni lukis yang masuk ke Nusantara berkembang, ditandai dengan
ditemukannya patung Buddha berlanggam Gandara di Kota Bangun Kutai, dan patung
Buddha berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sulawesi, adanya hiasan perahu
yang menunjukkan majunya seni di Nusantara saat itu serta pada dinding candi
Prambanan kita jumpai relief Ramayana.
3)
Dalam bidang sastra, seni sastra Hindu banyak kita jumpai pada
prasasti-prasasti serta kitab-kitab sastra. Banyak prasasti di Nusantara
menggunakan bahasa Sanskerta bahkan kitab-kitab sastra zaman Hindu dominan
menggunakan bahasa tersebut dan tulisan Palawa.
d. Perkembangan teknologi
Kemajuan
teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan budaya
masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia sudah
memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan baik
yang terbuat dari batu atau logam.
Setelah
adanya pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan candi. Jika
dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh lebih
megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian,
bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi.
e. Perkembangan pendidikan
Pendidikan
berkembang pesat setelah adanya pengaruh Hindu, yakni masyarakat mendapat
pendidikan yang dilakukan para pendeta Hindu dan Buddha. Mereka ada yang
berguru kepada pendeta dengan pergi ke rumah-rumah pendeta atau berada di
tempat khusus seperti wihara-wihara. Kaum Brahmana yang memberikan pendidikan
serta mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat di daerah-daerah membuka
tempat-tempat pendidikan yang dikenal Pasraman. Di Pasraman inilah, masyarakat
Indonesia mendapatkan berbagai pengetahuan yang diajarkan para Brahmana.
Judul Materi : Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Sejarah dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia
A. Ajaran Hindu dan Budha
1. Hindu
Agama Hindu pada merupakan sinkretisme (perpaduan) antara kepercayaan
bangsa Dravida, yang merupakan penduduk asli India, dengan bangsa Arya, yang
merupakan bangsa pendatang dari Asia Tengah yang berhasil menaklukkan bangsa
Dravida sekitar tahun 1500 SM. Agama Hindu mempunyai konsep politheisme yaitu
menyembah banyak dewa. Tiga dewa utama dari umat Hindu adalah dewa Brahma (dewa
pencipta), dewa Wisnu (dewa pemelihara) dan dewa Syiwa (dewa perusak) yang
ketiganya biasa disebut Tri Murti. Salah satu pokok dalam ajaran Hindu adalah
konsep reinkarnasi atau dilahirkan kembali sebagai penebusan dosa karena masih
banyaknya dosa dan kesalahan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya. Jadi
tujuan dari manusia hidup di dunia adalah moksha atau tidak dilahirkan kembali
dan tinggal di nirwana yang penuh kenikmatan.
Agama Hindu berpedoman pada kitab suci Weda, Brahmana dan
Upanisad.
a. Kitab Weda terdiri dari empat himpunan
(Samhita).
1. Regweda,
berisi puji-pujian terhadap dewa.
2. Samaweda,berisi nyanyian-nyanyian suci yang slokanya diambil
dari Regweda.
3. Yayurweda, berisi penjelasan tentang sloka-sloka yang diambil
dari Regweda.
4. Atharwaweda,berisi mantra-mantra yang digunakan untuk
berbagai keperluan seperti (sihir, ilmu gaib, mengusir penyakit, menghancurkan
musuh, mengikat cinta, serta memperoleh kedudukan dan kekuasaan).
b. Kitab Brahmana adalah kitab suci yang
terdiri keterangan tentang upacara sesaji.
c. Kitab
Upanisad adalah kitab suci yang berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Dalam agama Hindu masyarakat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang
mempunyai hak dan peranan yang berbeda-beda, yaitu :
a. Kasta Brahmana, terdiri atas para pendeta.
b. Kasta Ksatria, terdiri atas para raja dan bangsawan.
c. Kasta Waisya, terdiri atas para pedagang dan kaum buruh
menengah.
d. Kasta Sudra, terdiri atas para petani, buruh kecil dan budak.
Hari raya umat Hindu ialah
Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi, dan Siwaratri.
2. Budha
Pada awalnya Budha merupakan salah satu aliran dalam agama Hindu yang
disebut budhisme. Budhisme dimunculkan dan dikembangkan oleh Sidharta Gautama
sebagai protes atas ketidakadilan
sistem kasta dalam masyarakat Hindu, dimana kasta rendahan mengalami
ketidakadilan. Sidharta sebenarnya masuk dalam kasta ksatria karena merupakan
putra dari Raja Sudhodana dari kerajaan Kapilawastu. Tetapi kemudian dia
meninggalkan semua kemewahan istana dan menjadi pertapa setelah dia melihat
kehidupan di luar istana yang sangat memprihatinkan. Dalam pertapaannya dia
memperoleh bodhi dan disebut Sang Budha (yang disinari).
Umat Budha mempunyai kitab suci yang disebut Tripitaka yang berarti tiga
keranjang. Isi dari kitab Tripitaka adalah :
a. Winayapitaka, berisi
tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama
Budha.
b. Sutrantapitaka,
berisi wejangan sang Budha.
c. Abdidharmapitaka, berisi keterangan dan penjelasan
tentang agama Budha.
Umat Budha meyakini bahwa manusia hidup di dunia berada dalam kesengsaraan
(samsara), oleh karena itu kesengsaraan dapat dihentikan dengan mengamalkan
astavidha (delapan jalan) yaitu : Ajaran yang benar; Niat yang benar; Perkataan
yang benar; Perbuatan yang benar; Penghidupan (mata pencaharian) yang benar;
Usaha (daya upaya) yang benar; Perenungan yang benar; Samadi (bersemedi) yang
benar.
Dalam perjalanannya, ajaran Budha terpecah
menjadi 2 aliran yaitu :
a. Budha Hinayana (kendaraan kecil)
Aliran ini berpendapat bahwa setiap orang harus berusaha
sendiri-sendiri untuk masuk nirwana tanpa pertolongan orang lain. Hal itu
sesuai dengan ajaran Budha pada awalnya.
b. Budha Mahayana (kendaraan besar)
Aliran ini berpendapat sebaiknya manusia berusaha
bersama-sama dan saling membantu dalam mencapai nirwana.
Umat Budha merayakan hari raya Triwaisak yaitu peringatan kelahiran,
turunnya Bodhi dan kematian Sang Budha.
B. Proses Masuknya Hindu-Budha di Indonesia
Proses masuknya kebudayaan Hindu
dan Budha berlangsung sangat panjang. Keterlibatan berbagai pihak sangatlah
menentukan perkembangan kebudayaan ini. Mulai dari pedagang, tokoh agama bahkan
hingga orang biasa.
Menurut Van Leur dan Wolters,
hubungan dagang Indonesia dan India lebih dahulu berkembang daripada hubungan
dagang yang dilakukan Indonesia dan Cina. Terlibatnya Indonesia dalam kegiatan
perdagangan, berakibat terjadinya akulturasi kebudayaan, terutama dengan budaya
India, yaitu agama Hindu dan Budha. Dari hubungan perdagangan tersebut, muncul
beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia.
a. Teori Brahmana
Teori ini mengungkapkan bahwa
kebudayaan Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia di bawa kaum brahmana. Kemungkinan teori ini adalah yang paling
benar, hal ini terbukti dengan ditemukannya Yupa Kutai yang menyebutkan bahwa
penyebaran ajaran Hindu dilakukan melalui upacara keagamaan, dan hal ini hanya
dapat dilakukan oleh para brahmana. Pendukung teori ini adalah J.C. van Leur.
b. Teori
Ksatria
Teori ini mengungkapkan bahwa agama Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia
karena pengaruh dari para bangsawan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
koloni baru yang dibentuk orang India di Indonesia. Di tempat barunya para
bangsawan menyebarkan agama dan budaya Hindu-Budha. Pendukung teori ini adalah C.C. Berg dan Majumdar.
c. Teori Waisya
Teori ini menyatakan bahwa proses
masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan
Indonesia. Para pedagang dari India banyak yang menetap di Indonesia yang kemudian
jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran
kebudayaan Hindu-Budha. Pendukung teori ini diantaranya N. J. Krom dan Purbacaraka.
d. Teori Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa
peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan Sudra menjadi orang
buangan. Kemudian mereka meninggalkan India mengikuti kaum Waisya. Dengan
jumlah yang besar diduga golongan Sudralah yang memberi andil besar dalam
penyebaran budaya/agama Hindu ke nusantara.
e. Teori Arus Balik
Teori ini diungkapkan oleh F.D.K. Bosch, Bosch meyakini bahwa orang
Indonesialah yang paling berperan dalam penyebaran Hindu-Budha di nusantara.
Setelah di awali orang-orang India, penduduk Indonesia yang ingin tahu lebih
dalam tentang ajaran Hindu-Budha langsung berlayar ke india untuk belajar.
Kemudian setelah pulang ke indonesia mereka menyebarkan apa yang sudah mereka
pelajari. Teori berdasar pada ditemukannya arca Budha di Sempaga, Sulawesi
Selatan, yang sangat mirip dengan arca yang dibuat di Amarawati (India).
C. Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu-Budha Terhadap Kehidupan
Masyarakat Indonesia
1. Bidang agama
Ketika memasuki zaman sejarah,
masyarakat di nusantara telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Budha.
Sejak berinteraksi dengan orang-orang India budaya baru tersebut membawa
perubahan pada beragama. Misalnya, dalam hal tata krama, upacara-upacara
pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan).
2. Bidang sosial
Dalam bidang ini kebudayaan India
mempengaruhi pada sistem pemerintahan dan kemasyarakatan. Dalam sistem ini
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah. Kepala
suku yang terbaik dan terkuat berhak menduduki kekuasaan kerajaan. Oleh karena
itu, lahir kerajaan-kerajaan seperti, Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan
lain-lain.
3. Bidang seni
Pengaruh dari kebudayaan
Hindu-Budha ini dapat berupa relief, sastra. Untuk seni relief banyak dijumpai
hiasan-hiasan pada dinding candi yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni
sastra, terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada
prasasti-prasasti. Adanya cerita Mahabarata dan Ramayana yang bersumber pada
kebudayaan India. Selain itu adapun kitab-kitab yang dihasilkan oleh para
pujangga Indonesia seperti: Arjunawiwaha (Mpu Kanwa); Sutasoma (Mpu Tantular);
Negarakertagama (Mpu Prapanca).
4. Bidang bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa
dan berbahasa Sansekerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat
ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sansekerta. Kalimat atau
kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa sansekerta,
seperti: Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, dan Parasamya Purnakarya
Nugraha.
5. Bidang pendidikan
Dalam bidang ini kaum brahmana
merupakan kelompok yang mempunyai pengaruh, karena yang memberikan ilmu dalam
masyarakat. I-Tsing mengungkapkan bahwa di Kerajaan Sriwijaya telah didirikan
sekolah setaraf perguruan tinggi yang menampung biarawan untuk belajar agama
Budha.
Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Buddha
di Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di
Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah
tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan
perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung
melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati
India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang
dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki
keuntungan, yaitu:
- Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
- Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
- Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
- Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam
kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya
percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh
kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang
dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa
kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia.
Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja
dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van
Leur.
2. Hipotesis Ksatria
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan
penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut
hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan
di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang,
lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke
wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan
koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses
penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung
hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya,
kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam
menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan
para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang
bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu
pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa
peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang
buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya.
Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam
penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung
kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu
dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua
pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di
daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai
langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli
memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan
prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan
prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan
Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan
Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia
dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah,
masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha
sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa
perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama,
upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan
dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil
masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang
terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu,
lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum
adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya
India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan Candi
Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak.
Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.
4. Bahasa
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa
dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini,
bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau
kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta,
yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha,
dan sebagainya.
5. Sastra
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di
Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal
yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu
memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya
sastra yang muncul di Indonesia adalah:
- Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
- Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
- Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada
± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda.
Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
- Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
- Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
- Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
- Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu
juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
- Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
- Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme
(menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa
Tertinggi” yaitu:
- Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.
- Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
- Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa
yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk
pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara
keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau
kasta yang disebut Caturwarna yaitu:
- Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.
- Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
- Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
- Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat
pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah
melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat
yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa
serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa
mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu
Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun
yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
- Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
- Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
- Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan
Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
- Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
- Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
- Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat
mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha
yaitu:
- Pandangan yang benar.
- Niat yang benar.
- Perkataan yang benar.
- Perbuatan yang benar.
- Penghidupan yang benar.
- Usaha yang benar.
- Perhatian yang benar.
- Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran
dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
- Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
- Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki
tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:
- Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
- Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
- Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
- Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar